Walaupun sibuk memimpin negara, ia juga memiliki perhatian terhadap agama. Itulah keadaan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Suatu hari ia pernah berkata:
طَلَبْتُ أَرْبَعَةً فَوَجَدْتُهَا فِي أَرْبَعَةٍ: طَلَبْتُ الْكُفْرَ فَوَجَدْتُهُ فِي الْجَهْمِيَّةِ، وَطَلَبْتُ الْكَلَامَ وَالشَّغَبَ فَوَجَدْتُهُ فِي الْمُعْتَزِلَةِ، وَطَلَبْتُ الْكَذِبَ فَوَجَدْتُهُ عِنْدَ الرَّافِضَةِ، وَطَلَبْتُ الْحَقَّ فَوَجَدْتُهُ مَعَ أَصْحَابِ الْحَدِيثِ
“Aku mencari empat perkara, maka kudapati itu ada pada empat kelompok: aku mencari kekafiran, maka kudapati itu ada pada Jahmiyyah. Aku mencari ilmu kalam dan kekacauan, maka kudapati itu ada pada Muktazilah. Aku mencari kedustaan, maka kudapati itu ada pada Rafidhah. Dan aku mencari kebenaran, maka kudapati itu ada pada ahli hadis.” (Syaraf Ashhaab Al-Hadits)
Benarlah perkataan beliau.
Kekafiran Ada pada Jahmiyyah
Bagaimana bukan kekafiran, mereka menolak nama dan sifat Tuhan mereka!
Bukankah itu merupakan kekafiran kepada Tuhan mereka?
Imam Ibnul Mubarak (wafat tahun 181 H) berkata:
الْجَهْمِيَّةُ كُفَّارٌ
“Orang-orang Jahmiyyah itu kafir.” (As-Sunnah)
Imam ‘Abdurrahman bin Mahdi (wafat tahun 198 H) berkata:
فَإِنَّ الْجَهْمِيَّةَ كُفَّارٌ بِكِتَابِ اللَّهِ
“Sesungguhnya orang-orang Jahmiyyah itu kafir kepada kitab Allah.” (Syarh Ushul I’tiqad Ahlissunnah wal Jama’ah)
Imam ‘Abdul Wahhab bin ‘Abdil Hakam Al-Warraq (wafat tahun 250 H) berkata:
الْجَهْمِيَّةُ كُفَّارٌ زَنَادِقَةٌ، مُشْرِكُونَ
“Orang-orang Jahmiyyah itu kafir, zindik, dan musyrik.” (Al-Ibanah Al-Kubra)
Ilmu Kalam dan Kekacauan ada pada Muktazilah
Bagaimana tidak kacau, ilmu kalam merusak mereka sehingga mereka menolak sifat-sifat Allah.
Bagaimana tidak kacau, mereka berpendapat bahwa Allah tidak mampu menciptakan perbuatan hamba-hamba-Nya.
Dan masih banyak lagi kekacauan yang timbul dari mereka.
Kedustaan Ada pada Syiah Rafidhah
Bagaimana mereka tidak dusta, termasuk bagian dari agama mereka adalah dusta.
Tokoh Syi’ah Imamiyyah, Ibnu Babawaih berkata:
اعتقادنا في التقية أنها واجبة، من تركها بمنزلة من ترك الصلاة
“Keyakinan kami tentang taqiyyah bahwa itu adalah wajib. Siapa yang meninggalkannya, maka seperti orang yang meninggalkan salat.“ (Al-I’tiqaadaat)
Taqiyyah yaitu menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada dalam hati karena khawatir bahaya dari musuh.
Itulah kebiasaan buruk yang mereka pelihara dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
ولهذا: كل من كان عن التوحيد والسنة أبعد، كان إلى الشرك والابتداع والافتراء أقرب كالرافضة الذين هم أكذب طوائف أهل الأهواء، وأعظمهم شركا فلا يوجد في أهل الأهواء أكذب منهم، ولا أبعد عن التوحيد منهم
“Karena itu, setiap orang yang makin jauh dari tauhid dan sunnah, maka ia makin dekat kepada syirik, bidah, dan dusta. Seperti Syiah Rafidhah yang mana mereka adalah sekte sesat yang paling banyak berdusta dan paling besar kemusyrikan mereka. Tidak ada sekte sesat yang lebih banyak berdusta daripada mereka dan tidak pula ada sekte sesat yang lebih jauh dari tauhid daripada mereka.” (Iqtidha Ash-Shirath Al-Mustaqim Limukhalafah Ashhab Al-Jahim)
Kebenaran Ada pada Ahli Hadis
Ya, kebenaran ada pada ahli hadis. Sebab….
- Mereka sangat mengerti tentang sunnah Nabi ﷺ.
- Mereka membela hadis-hadis Nabi ﷺ.
- Mereka hanya fanatik kepada Nabi ﷺ.
Nabi ﷺ bersabda:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِك
“Akan selalu ada dari umatku sekelompok orang yang tegak membela kebenaran. Tidak akan merugikan mereka sedikit pun orang-orang yang menghinakan mereka sampai datang keputusan Allah, sedangkan mereka dalam keadaan demikian.” (HR. Muslim)
Siapakah orang-orang yang dimaksud dalam hadis ini?
Imam Ibnul Mubarak berkata:
هُمْ عِنْدِي أَصْحَابُ الْحَدِيثِ
“Menurutku, mereka adalah para ahli hadis.” (Syaraf Ashhabil Hadits)
Imam Al-Bukhari menjelaskan:
قَالَ عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ: هُمْ أَصْحَابُ الْحَدِيثِ
“Menurut ‘Ali bin Al-Madini mereka adalah para ahli hadis.” (Syaraf Ashhabil Hadits)
Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
إِنْ لَمْ يَكُونُوا أَصْحَابَ الْحَدِيثِ فَلَا أَدْرِي مَنْ هُمْ؟
“Jika mereka bukan para ahli hadis, maka aku tidak tahu lagi siapa sebenarnya mereka itu.” (Syaraf Ashhabil Hadits)
Imam Ibnul Qayyim berkata:
أَصَحَّ النَّاسِ قِيَاسًا أَهْلُ الْحَدِيثِ، وَكُلَّمَا كَانَ الرَّجُلُ إلَى الْحَدِيثِ أَقْرَبَ كَانَ قِيَاسُهُ أَصَحَّ، وَكُلَّمَا كَانَ عَنْ الْحَدِيثِ أَبْعَدَ كَانَ قِيَاسُهُ أَفْسَد
“Orang yang paling benar analoginya adalah ahli hadis. Setiap kali seseorang lebih dekat kepada hadis, maka analoginya makin benar. Dan setiap kali ia jauh dari hadis, maka analoginya makin rusak.” (I’laam Al-Muwaqq’iin ‘An Rabb Al-‘Aalamiin)
Siberut, 24 Rabi’ul Tsani 1445
Abu Yahya Adiya






