Korban banyak berjatuhan di antara mereka. Bahkan, sampai terlukalah nabi mereka. Itulah kenyataan pahit yang harus dirasakan kaum muslimin usai perang Uhud. Ternyata orang-orang musyrik bisa mengalahkan mereka.
Kenyataan pahit itu bukan cuma dirasakan oleh para sahabat Nabi saja, tapi juga dirasakan oleh beberapa orang munafik yang ikut bergabung dalam barisan kaum muslimin.
Lantas, apa reaksi orang-orang munafik itu setelah mengalami kenyataan pahit itu?
Allah menceritakan keadaan mereka:
يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا
“Mereka berkata, ‘Seandainya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan terbunuh di sini.” (QS. Ali-‘Imran: 154)
Lihatlah, “seandainya”!
Maksud mereka, seandainya mereka mau berpikir, tentu mereka tidak akan berperang bersama Nabi dan para sahabatnya, sehingga akhirnya gugurlah pemimpin-pemimpin mereka.
Mereka menyesali itu dengan “seandainya”!
Dan itu juga yang mereka ucapkan pada kesempatan yang lain.
Allah menceritakan keadaan orang-orang munafik setelah perang Uhud:
الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا
“Orang-orang yang berkata kepada saudara-saudara mereka dan mereka tidak ikut berperang, ‘Seandainya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.” (QS. Ali Imran: 168)
Lihatlah, “seandainya”!
Maksud mereka, seandainya mereka tidak ikut berperang, tentulah mereka selamat dari kematian.
Apakah mereka bisa menolak musibah dengan “seandainya”?
Apakah mereka bisa menolak takdir-Nya dengan “seandainya”?
Kalau Allah menakdirkan seseorang mati, maka apakah mungkin ia bisa menghindar dari takdir-Nya?
Tentu saja tidak. Karena itu Allah membantah ucapan mereka:
قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Katakanlah, ‘Tolaklah kematian itu dari diri kalian, jika kalian memang benar!” (QS. Ali-‘Imran: 168)
Kalau Allah menakdirkan mereka mati, pasti mereka akan pergi ke tempat kematian mereka.
Karena itu, ketidakikutsertaan mereka dalam perang dan perkataan “seandainya” dan “kalau saja” yang mereka ucapkan juga tidak akan berguna sama sekali bagi mereka.
Jangan Menentang Takdir-Nya dengan “Seandainya”!
Nabi ﷺ bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْوإنْ أصابَك شيءٌ فلاَ تقلْ: لَوْ أَنِّي فَعلْتُ كانَ كَذَا وَكذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قدَّرَ اللَّهُ، ومَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان
“Bersemangatlah menggapai segala yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa lemah. Dan jika engkau mengalami kegagalan, maka janganlah engkau berkata, ‘Seandainya saja aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah, ‘Ini telah ditentukan oleh Allah, dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki’, karena kata ‘seandainya’ itu akan membuka pintu perbuatan setan.” (HR. Muslim)
Dan jika engkau mengalami kegagalan, maka janganlah engkau berkata, ‘Seandainya saja aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu‘ artinya, setelah engkau mengerahkan seluruh kemampuanmu untuk menggapai perkara yang bermanfaat, lalu ternyata engkau mengalami kegagalan, maka jangan sampai engkau berkata: “Seandainya saja aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu”
Terus apa yang harus kita ucapkan?
Nabi ﷺ bersabda:
وَلَكِنْ قُلْ:
“Tapi katakanlah:
قدَّرَ اللَّهُ، ومَا شَاءَ فَعَلَ
“Ini telah ditentukan oleh Allah, dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki.”
Artinya, yakinilah bahwa kegagalanmu itu adalah takdir dari Allah, makanya bersabarlah dalam menghadapi takdir-Nya. Sebab….
Apa yang Allah takdirkan pasti akan terjadi, dan tidak ada seorang yang bisa menolaknya.
Dan apa yang Allah takdirkan pasti akan terjadi, dan itu pasti ada hikmahnya.
Karena itu, ketika tertimpa musibah, kita dilarang mengatakan, “Seandainya saja saya melakukan itu, tentu saya tidak akan tertimpa musibah. Kalau saja saya tidak melakukan itu, tentu saya akan mendapatkan untung.”
Kita dilarang mengucapkan demikian. Sebab, ucapan “seandainya” dan “kalau saja” di sini seakan-akan menunjukkan penyesalan atau pencelaan terhadap takdir-Nya.
Makanya Nabi ﷺ mengatakan:
فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَان
“Karena kata ‘seandainya’ itu akan membuka pintu perbuatan setan.”
Artinya, ketika kita mengatakan “seandainya” atau “kalau saja” tatkala tertimpa musibah, itu akan membuka peluang setan untuk menyesatkan kita dengan menyesali takdir atau menyalahkan takdir.
Maka, ketika musibah menerpamu, jangan ucapkan, “Seandainya..kalau saja..”
Itu perkataan yang tidak baik, dan itu adalah kebiasaan orang-orang munafik.
Terimalah takdir-Nya dengan penuh kesabaran, keridaan dan lapang dada.
Siberut, 21 Rabi’ul Tsani 1442
Abu Yahya Adiya






