Ketika dunia sudah benar-benar terasa sempit, siapakah yang dapat meluaskannya?
Ketika beban hidup sudah benar-benar terasa berat, siapakah yang mampu meringankannya?
Ketika kesedihan sudah benar-benar menusuk hati sanubari, siapakah yang sanggup menghilangkannya?
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Ayat ini menunjukkan bahwa bersabar merupakan sebab datangnya pertolongan Allah.
Makanya Nabi ﷺ bersabda:
وَاعْلَمْ أنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيرًا، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ada kebaikan yang banyak dalam hal bersabar menghadapi apa yang tidak kau sukai, dan bahwasanya bersama dengan kesabaran ada pertolongan, dan bersama dengan kesempitan ada kelapangan serta bersama dengan kesulitan ada kemudahan.” (HR. Ahmad)
Ayat tadi juga menunjukkan bahwa mengerjakan salat merupakan sebab datangnya pertolongan Allah.
Makanya, tidaklah salah, jika itulah yang Nabi ﷺ lakukan tatkala menghadapi masalah.
Hudzaifah bin Al-Yaman berkata:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ، صَلَّى
“Nabi ﷺ jika menghadapi suatu masalah, beliau melaksanakan salat.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Karena itu, seberat apa pun masalah yang membelitmu, tahanlah hatimu agar tidak marah, tahanlah lisanmu agar tidak berkeluh kesah, dan tahanlah anggota badanmu agar tidak melakukan perbuatan yang dimurkai oleh Allah.
Jemputlah pertolongan-Nya dengan kesabaranmu.
Gapailah pertolongan-Nya dengan salatmu.
Raihlah pertolongan-Nya dengan doamu.
Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ
“Sesungguhnya Allah itu Maha Pemalu lagi Maha Pemurah. Dia malu jika seseorang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, kemudian Dia mengembalikan kedua tangannya dalam keadaan kosong dan hampa.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Siberut, 7 Jumada Ats-Tsaniyah 1443
Abu Yahya Adiya






