Antara Cemas dan Harap

Antara Cemas dan Harap

“Seluruh manusia di hari kiamat nanti dibangkitkan dalam keadaan tidak memakai alas kaki, telanjang bulat dan tidak bersunat.”

Demikianlah nabi kita ﷺ bersabda. Sabda beliau ﷺ ini membuat ‘Aisyah penasaran, sehingga ia pun bertanya:

يَا رَسُول اللَّه الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ جَمِيعاً يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلى بَعْضٍ؟

“Wahai Rasulullah, laki-laki dan perempuan semuanya saling melihat satu sama lain?”

Beliau ﷺ menjawab:

يَا عَائِشَةُ الأَمرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُم ذلكَ

“Wahai ‘Aisyah, perkaranya lebih gawat dibandingkan urusan itu!” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ya, perkaranya gawat, sehingga setiap orang tidak sempat lagi menengok orang lain yang ada di sisi kiri dan kanannya.

Perkaranya sangat gawat sehingga setiap orang hanya sibuk memikirkan dirinya.

Lihatlah tatkala datang gempa bumi atau Tsunami. Bukankah ada orang-orang yang telanjang bulat berlarian kesana kemari?

Lantas, adakah orang yang sempat ‘menikmati’ pemandangan seperti itu?

Tentu saja tidak. Sebab, semua orang sibuk menyelamatkan diri sendiri. Semua orang diliputi kengerian dan ketakutan.

Nah, kalau cobaan dunia saja seperti itu, apalagi cobaan di padang mahsyar nanti!

Semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka selama di dunia.

Ketika itu, setiap orang merasa resah dan gelisah memikirkan nasibnya sendiri.

Ketika itu, setiap orang merasa gentar dan gemetar melihat apa yang akan ia hadapi.

Amalannya akan dihitung dan diperlihatkan. Catatan amalannya akan diberikan.

Apakah ia menerimanya dengan tangan kanannya, atau-naudzubillah-dengan tangan kirinya dari arah belakang punggungnya?

Allah berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ

“Adapun orang yang diberikan catatannya dari sebelah kanannya,

فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,

وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا

dan ia akan kembali kepada keluarganya dengan gembira.

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ

Adapun orang yang diberikan catatannya dari belakang,

فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا

maka ia akan berteriak: ‘Celakalah aku!’

وَيَصْلَى سَعِيرًا

Dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.” (QS. Al-Insyiqaq: 7-12)

Waktu berkumpul di padang mahsyar adalah waktu yang amat mencekam dan menegangkan.

Setiap orang menunggu, apa hasil dari perbuatannya selama ia di dunia?

Apakah perbuatannya selama ini akan mengantarkannya ke tempat kebahagiaan, yaitu surga?

Atau justru mengantarkannya ke tempat kesengsaraan, yaitu neraka?

Cobalah kita lihat orang-orang yang mendaftar di sekolah, dan universitas.

Atau cobalah kita lihat orang-orang yang mendaftar menjadi PNS atau pegawai di suatu perusahaan.

Mereka sudah mengikuti tes dan ujian dan tinggal menunggu hasilnya.

Ketika tiba hari pengumuman hasil tes, apa perasaan mereka?

Kecemasan meliputi mereka. Ketegangan tampak di raut wajah mereka.

Nah, kalau hasil ujian yang remeh seperti itu saja bisa membuat seseorang cemas dan tegang, maka bagaimana kalau yang ditunggu adalah hasil ujian selama hidup di dunia?!

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah ia perbuat untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

 

Para Nabi pun Cemas dan Harap

Allah berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ وَأَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah: 98)

Ya, Allah amat berat siksa-Nya. Tidak ada seorang pun yang bisa menyiksa seperti siksa-Nya. Dan tidak ada seorang pun yang bisa menolak siksa-Nya. Namun….

Walaupun begitu, Dia juga Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Ya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang bagi hamba-Nya yang mau kembali kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya.

Allah berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)

Penuh harap dan cemas. Inilah sifat para nabi dan hamba yang saleh yang perlu kita tiru.

Mereka selalu takut akan siksa-Nya. Namun, mereka juga tidak berputus asa. Sebab, mereka masih mengharap rahmat-Nya.

Dan mereka selalu mengharap rahmat-Nya. Namun, mereka juga tetap waspada. Sebab, mereka masih takut akan siksa-Nya.

Siksa Allah itu amat keras, maka takutlah akan siksa-Nya.

Dan rahmat Allah juga amat luas, maka berharaplah belas kasih-Nya.

 

Siberut, 1 Dzulqa’dah 1441

Abu Yahya Adiya