Antara Menyerupakan atau Menolak Sifat-Nya

Antara Menyerupakan atau Menolak Sifat-Nya

Ada satu ayat yang membantah orang-orang yang menolak sifat-Nya, sekaligus membantah juga orang-orang menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.

Ayat itu adalah firman-Nya:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuraa: 11)

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya” ini adalah bantahan terhadap orang-orang yang menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya, yaitu kelompok Musyabbihah.

“Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” ini adalah bantahan terhadap orang-orang yang menolak sifat-sifat-Nya, yaitu kelompok Jahmiyyah.

Dalam ayat tadi, Allah menyebutkan bahwa Dia memiliki sifat mendengar dan melihat. Namun, sifat ini tentu saja tidak serupa dengan sifat makhluk-Nya.

Imam Ibn Abi Al-‘Izz Al-Hanafi berkata:

فَالْمَخْلُوقُ وَإِنْ كَانَ يُوصَفُ بِأَنَّهُ سَمِيعٌ بَصِيرٌ – فَلَيْسَ سَمْعُهُ وَبَصَرُهُ كَسَمْعِ الرَّبِّ وَبَصَرِهِ

“Makhluk walaupun disifatkan bahwa ia mendengar dan melihat, maka pendengarannya dan penglihatannya tidak seperti pendengaran dan penglihatan Allah.” (Syarh Ath-Thahawiyyah)

Karena itu, menolak sifat-Nya atau menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya adalah penyimpangan yang harus dijauhi oleh hamba-hamba-Nya.

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

فَمَنْ شَبَّهَ اللَّهَ بِخَلْقِهِ فَقَدْ أَلْحَدَ فِي أَسْمَائِهِ وَآيَاتِهِ

“Siapa yang menyerupakan Allah dengan ciptaan-Nya, maka ia telah menyimpang dalam hal nama dan sifat-Nya.

وَمَنْ جَحَدَ مَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ فَقَدْ أَلْحَدَ فِي أَسْمَائِهِ وَآيَاتِهِ

Dan siapa yang mengingkari sifat yang Allah berikan kepada diri-Nya, maka ia telah menyimpang dalam hal nama dan sifat-Nya.” (Majmu Al-Fatawa)

Bahkan, orang yang melakukan 2 perbuatan tadi, bukan hanya menyimpang dari jalan-Nya, melainkan sudah keluar dari agama-Nya!

Nu’aim bin Hammad Al-Khuza’i, guru Imam Bukhari berkata:

مَنْ شَبَّهَ اللَّهَ بِخَلْقِهِ فَقَدْ كَفَرَ

“Siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia telah kafir.

وَمَنْ أَنْكَرَ مَا وَصَفَ اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ فَقَدْ كَفَرَ

Dan siapa yang mengingkari sifat yang Allah berikan kepada diri-Nya, maka ia telah kafir.” (Al-‘Uluw Li Al-‘Aliyy Al-Ghaffar)

 

Pertengahan di Antara Dua Kesesatan

Ahlussunnah wal Jama’ah menetapkan sifat-Nya. Namun, bukan berarti mereka menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.

Dan mereka tidak menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya. Namun, bukan berarti mereka menolak sifat-Nya.

Ahlussunnah wal Jama’ah mengimani sifat Allah yang disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. Dan itu bukanlah termasuk perbuatan menyerupakan-Nya dengan makhluk-Nya.

Imam Ibn Abi Al-‘Izz Al-Hanafi berkata:

وَلَا يَلْزَمُ مِنْ إِثْبَاتِ الصِّفَةِ تَشْبِيهٌ إِذْ صِفَاتُ الْمَخْلُوقِ كَمَا يَلِيقُ بِهِ وَصِفَاتُ الْخَالِقِ كَمَا يَلِيقُ بِهِ

“Tidak mesti dengan menetapkan sifat bagi Allah berarti menyerupakan-Nya dengan ciptaan-Nya. Sebab, sifat makhluk itu sesuai dengannya dan sifat Pencipta itu sesuai dengan-Nya.” (Syarh Ath-Thahawiyyah)
Nu’aim bin Hammad Al-Khuza’i, guru Imam Bukhari berkata:

وَلَيْسَ مَا وَصَفَ اللَّهُ بِهِ نَفْسَهُ وَلَا رَسُولُهُ تَشْبِيهًا

“Menetapkan sifat yang Allah berikan kepada diri-Nya dan juga yang diberikan rasul-Nya bukanlah tasybih (menyerupakan-Nya dengan makhluk-Nya).” (Al-‘Uluw Li Al-‘Aliyy Al-Ghaffar)

Karena sikap inilah Ahlussunnah wal Jama’ah selamat dari dua kesesatan besar yang terkait dengan nama dan sifat-Nya.

Syekh Kholid Al-Mushlih berkata:

فإن البدع في باب الأسماء والصفات على اختلاف الطوائف، وتنوع الطرق ترجع إلى طريقين كبيرين:

“Sesungguhnya bidah dalam hal nama dan sifat-Nya pada berbagai macam kelompok kembali pada dua jalan besar:

طريق المعطلة

Jalan orang-orang yang menolak sifat-Nya.

وطريق الممثلة

Dan jalan orang-orang yang menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.” (Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah)

Dan sikap mereka ini adalah pertengahan di antara dua sikap kelompok ekstrem itu.

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

وَمَذْهَبُ السَّلَفِ بَيْنَ مَذْهَبَيْنِ وَهُدًى بَيْنَ ضلالتين: إثْبَاتُ الصِّفَاتِ وَنَفْيُ مُمَاثَلَةِ الْمَخْلُوقَاتِ؛

“Pendapat salaf itu di antara dua pendapat dan merupakan petunjuk di antara dua kesesatan, yaitu menetapkan sifat-Nya dan menolak persamaan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.

فَقَوْلُهُ تَعَالَى:

Firman-Nya:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ}

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.”

رَدٌّ عَلَى أَهْلِ التَّشْبِيهِ وَالتَّمْثِيلِ.

Ini adalah bantahan terhadap mereka yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.

وَقَوْلُهُ:

Dan firman-Nya:

{وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} –

“Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

رَدٌّ عَلَى أَهْلِ النَّفْيِ وَالتَّعْطِيلِ

Ini adalah bantahan terhadap mereka yang menolak sifat-Nya.

فَالْمُمَثِّلُ أَعْشَى وَالْمُعَطِّلُ أَعْمَى:

Orang yang menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya adalah orang yang ‘rabun senja’, sedangkan yang menolak sifat-Nya adalah ‘buta’.

الْمُمَثِّلُ يَعْبُدُ صَنَمًا وَالْمُعَطِّلُ يَعْبُدُ عَدَمًا

Orang yang menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya adalah penyembah berhala. Sedangkan yang menolak sifat-Nya adalah penyembah sesuatu yang tidak ada.” (Majmu’ Al-Fatawa)

Dan karena Ahlussunnah wal Jama’ah berada di pertengahan, maka jangan heran bila mereka diserang oleh dua kelompok ektrem yang bertentangan dengan mereka.

Musyabbihah menyerang Ahlussunnah wal Jama’ah dan mencap mereka sebagai Jahmiyyah, karena mereka tidak mau menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.

Dan Jahmiyyah juga menyerang Ahlussunnah wal Jama’ah dan mencap mereka sebagai Musyabbihah, karena mereka tidak mau menolak sifat-sifat-Nya.

Syekhul Ibnu Taimiyah berkata:

فَإِنَّ الْجَهْمِيَّة وَالْمُعْتَزِلَةَ إلَى الْيَوْمِ يُسَمُّونَ مَنْ أَثْبَتَ شَيْئًا مِنْ الصِّفَاتِ مُشَبِّهًا – كَذِبًا مِنْهُمْ وَافْتِرَاءً –

“Sesungguhnya Jahmiyyah dan  Muktazilah sampai hari ini menyebut orang yang menetapkan sifat Allah dengan gelar musyabbih (orang yang menyerupakan-Nya dengan makhluk-Nya)-sebagai bentuk kedustaan dan kebohongan mereka-.” (Majmu Al-Fatawa)

Ahlussunnah wal Jama’ah diserang dari berbagai arah, tetapi mereka tidak merasa kalah. Sebab, mereka yakin bahwa pelindung mereka adalah Allah.

Allah berfirman:

وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ

“Dan sesungguhnya tentara-tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ash-Shaaffaat: 173)

 

Siberut, 8 Jumada Ats-Tsaniyah 1442

Abu Yahya Adiya