Bahaya Memata-matai Orang Lain

Bahaya Memata-matai Orang Lain

Seorang wanita sakit keras di Madinah. Saudaranya pun menjenguknya. Sayangnya, tidak berapa lama, wanita itu harus menemui ajalnya. Maka, saudaranya itu mengurus sendiri penguburan jenazahnya.

Ketika sedang mengubur jenazahnya, jatuhlah dari lengan bajunya kantong berisi beberapa dinar, dalam keadaan ia tidak menyadarinya.

Setelah selesai penguburan, barulah pria itu menyadari kehilangan kantong tadi. Maka, ia pun meminta keluarganya untuk membantu membongkar kubur saudarinya itu untuk mengambil kantong tadi. Lalu dibongkarlah kubur saudarinya.

Ketika sudah terbongkar kuburnya, terkejutlah pria itu. Ia melihat kubur saudarinya sudah dipenuhi oleh api yang menyala-nyala!

Ia pun bergegas menuju ibunya dan bertanya:

أَخْبِرِينِي مَا كَانَ عَمَلُ أُخْتِي؟

“Kabarkan kepadaku apa yang selama ini dilakukan oleh saudariku?”

Ibunya menjawab:

قَدْ مَاتَتْ أُخْتُكَ فَمَا سُؤَالُكَ عَنْ عَمَلِهَا!

“Saudarimu sudah meninggal. Untuk apa engkau bertanya tentang perbuatannya?!”

Namun, pria itu terus membujuk ibunya agar mengabarkan yang sebenarnya. Setelah terus membujuknya, luluhlah hati si ibu. Ia pun berkata:

كَانَ مِنْ عَمَلِهَا أَنَّهَا كَانَتْ تُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا، وَكَانَتْ إِذَا نَامَ الْجِيرَانُ قَامَتْ إِلَى بُيُوتِهِمْ فَأَلْقَمَتْ أُذُنَهَا أَبْوَابَهُمْ، فَتَجَسَّسَ عَلَيْهِمْ وَتُخْرِجُ أَسْرَارَهُمْ

“Di antara kebiasaan saudarimu yaitu ia selalu mengakhirkan salat dari waktunya. Dan jika para tetangga sudah tidur, ia mendekati rumah mereka dan meletakkan telinganya di pintu mereka, kemudian ia memata-matai mereka lalu menyebarkan rahasia mereka.”

Setelah mendengar cerita ibunya, pria itu pun berkata:

بِهَذَا هَلَكَتْ!

“Karena perbuatan itulah ia binasa!” (Al-Jami’ Liahkam Al-Quran)

Memata-matai seorang muslim dan mencari-cari kesalahannya adalah perbuatan dosa besar yang mengundang siksa-Nya.

Bagaimana tidak mengundang siksa-Nya, Allah sudah menyembunyikan aib seseorang, lantas bagaimana bisa kita malah ingin membongkarnya?

Apakah kita ingin Allah membongkar aib kita juga?

Nabi ﷺ bersabda:

وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ، يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ

“Jangan mencari-cari aib kaum muslimin. Karena sesungguhnya siapa yang suka mencari-cari aib saudaranya sesama muslim, maka Allah akan mencari-cari aibnya. Dan siapa yang dicari-cari aibnya oleh Allah, niscaya Dia akan membongkar aibnya, walaupun ia ada di dalam tempat tinggalnya!” (HR. Tirmidzi)

Siapa yang suka mencari-cari aib orang lain, maka Allah akan bongkar pula aibnya dan mempermalukannya. Kalau sudah demikian, apakah ia akan merasakan kebahagiaan?

Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:

ولهذا من ابتلي بالتجسس أو بالتحسس تجده في الحقيقة قلقاً دائماً في حياته، وينشغل بعيوب الناس عن عيوبه، ولا يهتم بنفسه

“Karena itu, siapa yang terbiasa memata-matai atau mencari-cari aib orang lain, maka engkau akan dapati kenyataannya ia selalu stres dalam hidupnya. Ia sibuk dengan aib orang lain hingga melupakan aibnya sendiri dan tidak mempunyai perhatian terhadap diri sendiri.” (Tafsir Al-Hujurat)

 

Siberut, 25 Rabi’ul Tsani 1446

Abu Yahya Adiya