Berduaan, Berbicara, dan Bersentuhan dalam Meminang

Berduaan, Berbicara, dan Bersentuhan dalam Meminang

Ketika ingin meminang seorang wanita, seorang pria boleh melihat wanita tersebut. Namun, bolehkah ia berduaan dengannya, atau berbicara dengannya, atau bahkan menyentuhnya?

 

Berduaan ketika Meminang

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata:

وَلَا يَجُوزُ لَهُ الْخَلْوَةُ بِهَا؛ لِأَنَّهَا مُحَرَّمَةٌ وَلَمْ يَرِدْ الشَّرْعُ بِغَيْرِ النَّظَرِ، فَبَقِيَتْ عَلَى التَّحْرِيمِ؛ وَلِأَنَّهُ لَا يُؤْمَنُ مَعَ الْخَلْوَةِ مُوَاقَعَةُ الْمَحْظُورِ، فَإِنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ

“Tidak boleh bagi seorang pria berduaan dengan wanita yang ia pinang. Sebab, wanita itu masih haram baginya dan tidak ada aturan syariat yang memberikan izin kecuali dalam hal melihat. Makanya, berduaan dengannya tetap diharamkan. Sebab, dengan berduaan tidak aman dari terjadinya perkara yang terlarang. Sesungguhnya Nabi ﷺ telah bersabda:

لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

“Janganlah seorang pria berduaan dengan seorang wanita, karena sesungguhnya yang ketiganya adalah setan.” (Al-Mughni)

Seorang pria dan wanita yang ia pinang bukanlah pasangan suami-istri. Karena itu, tidak boleh keduanya berduaan. Itu perbuatan yang mengundang setan dan telah diharamkan dalam Islam.

Kalau berduaan diharamkan, lantas bagaimana dengan berbicara tanpa berduaan?

 

Berbicara ketika Meminang

Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz berkata:

يجوز للرجل إذا أراد خطبة المرأة أن يتحدث معها وأن ينظر إليها من دون خلوة،

“Jika seorang pria ingin meminang seorang wanita, maka ia boleh berbicara dengannya dan melihatnya tanpa berduaan.

يقول النبي صلى الله عليه وسلم لما جاءه رجل يستشيره:

Tatkala seorang pria mendatangi Nabi ﷺ untuk berkonsultasi dengan beliau, beliau ﷺ bersabda:

أنظرت إليها

“Apakah engkau telah melihat wanita itu?”

قال:

Pria itu menjawab:

لا،

“Belum.”

قال:

Beliau ﷺ pun bersabda:

اذهب فانظر إليها

“Pergi. Lihatlah ia!”

قال:

Beliau ﷺ bersabda:

إذا خطب أحدكم المرأة فإن استطاع أن ينظر منها إلى ما يدعوه إلى نكاحها فليفعل

“Jika salah seorang dari kalian meminang seorang wanita, bila ia bisa melihat darinya hal-hal yang menariknya untuk menikahinya, maka lakukanlah!”

والنظر أشد من الكلام

Melihat lebih berat daripada berbicara.

فإذا كان الكلام معها فيما يتعلق بالزواج والمسكن، وسيرتها حتى تعلم هل تعرف كذا، فلا بأس بذلك إذا كان يريد خطبتها،

Jika pembicaraan dengan wanita yang ia pinang itu terkait dengan masalah pernikahan, tempat tinggal, dan riwayat hidupnya hingga tahu apakah wanita itu mengetahui demikian, maka itu tak mengapa, jika memang ia ingin meminangnya.

أما إذا كان لا يريد خطبتها فليس له ذلك،

Adapun jika ia tidak ingin meminangnya, maka itu tidak boleh ia lakukan.

فما دام يريد الخطبة، فلا بأس أن يبحث معها فيما يتعلق بالخطبة، والرغبة في تزوجه بها، وهي كذلك من دون خلوة؛ بل من بعيد أو بحضرة أبيها أو أخيها أو أمها ونحو ذلك.

Selama ia ingin meminang, maka tak mengapa ia bersamanya membahas perkara yang berhubungan dengan pinangan dan keinginannya untuk menikahinya. Namun, itu juga tanpa berduaan, melainkan dari jauh atau di hadapan ayahnya, saudaranya, atau ibunya dan semacamnya.” (Majmu Al-Fatawa)

 

Maka, seorang pria boleh berbicara dengan seorang wanita, kalau memang:

  1. Ia benar-benar ingin meminangnya.
  2. Pembicaraan itu tentang urusan penting yang menyangkut pernikahan dengannya,
  3. Tanpa berduaan dengannya. Wanita itu mesti ditemani mahramnya.

Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tidak halal seorang pria mengajak bicara seorang wanita. Lantas, bagaimana kalau menyentuhnya?

 

Bersentuhan ketika Meminang

Nabi ﷺ bersabda:

لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ

“Sungguh, seandainya kepala kalian ditusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabrani)

Imam Al-Munawi mengomentari hadis ini:

وإذا كان هذا في مجرد المس الصادق بما إذا كان بغير شهوة فما بالك بما فوقه

“Jika ancaman ini adalah karena semata-mata menyentuh yang terjadi tanpa syahwat, maka bagaimana pula jika yang terjadi lebih parah dari itu?!” (Faidh Al-Qadir)

Seorang pria tidak boleh menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Dan wanita yang ia pinang itu belumlah halal baginya. Karena itu, tidak boleh ia menyentuhnya dan bersentuhan dengannya.

Imam Az-Zaila’i berkata:

وَلَا يَجُوزُ لَهُ أَنْ يَمَسَّ وَجْهَهَا، وَلَا كَفَّيْهَا، وَإِنْ أَمِنَ الشَّهْوَةَ لِوُجُودِ الْمُحَرِّمِ وَانْعِدَامِ الضَّرُورَةِ وَالْبَلْوَى

“Tidak boleh ia menyentuh wajah wanita yang ia pinang dan tidak pula kedua telapak tangannya, walaupun ia merasa aman dari syahwat, karena adanya perkara yang mengharamkan itu dan itu bukanlah perkara darurat dan sulit dihindari.” (Tabyiin Al-Haqaiq Syarh Kanz Ad-Daqaiq)

 

Siberut, 12 Dzulqa’dah 1443

Abu Yahya Adiya