Cara ‘Menghabisi’ Kesialan

Cara ‘Menghabisi’ Kesialan

Melihat burungnya terbang ke arah kiri, ia pun pesimis, merasa akan sial dan membatalkan kepergiannya.

Di hari yang lain, melihat burungnya terbang arah kanan, ia pun optimis, merasa akan beruntung dan ia jadi pergi.

Itulah kebiasaan orang-orang di zaman Jahiliah. Kalau ada di antara mereka yang akan bepergian, ia harus melepaskan burung dahulu, untuk menentukan apakah sudah aman atau belum ia bepergian.

Itulah yang namanya tathoyyur.

 

Apa itu Tathoyyur?

Tathoyyur secara bahasa berasal dari kata طير yaitu burung.

Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan:

وَأَصْلُ التَّطَيُّرِ أَنَّهُمْ كَانُوا فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَعْتَمِدُونَ عَلَى الطَّيْرِ

“Asalnya tathoyyur yaitu dulu orang-orang di zaman jahiliah bergantung pada burung.” (Fath Al-Bari Syarh Shahih Al-Bukhari)

Adapun pengertian tathoyyur secara istilah, yaitu:

هي التَّشَاؤُمُ بِالشَّيْءِ

“Merasa sial karena sesuatu.” (Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud)

Ya, merasa sial karena sesuatu yang dilihat, didengar, dan diketahui.

Dan sesuatu di sini bisa berupa hewan, manusia, tempat, waktu, hari, tanggal, bulan dan semacamnya.

 

Contoh Tathoyyur

  1. Karena hewan tertentu.

Seperti orang-orang di zaman jahiliah, mereka meyakini bahwa burung hantu adalah burung sial. Jika mendengar suara burung hantu, mereka yakin kalau itu pertanda bahwa ada orang yang akan mati. Karena itu cemaslah mereka. Itulah tathoyyur.

 

  1. Karena orang tertentu.

Seperti keyakinan orang tertentu bahwa kalau keluar rumah di pagi hari lalu melihat orang yang bermuka cacat, maka itu pertanda bahwa hari itu adalah hari sial. Itulah tathoyyur.

 

  1. Karena tempat dan waktu tertentu.

Seperti keyakinan orang-orang jahiliah bahwa bulan Shafar adalah bulan sial. Membawa sial.

Begitu pula Syawwal, menurut mereka adalah bulan sial.

Karena itu tersebar di kalangan Arab jahiliah bahwa wanita yang menikah di bulan Syawwal tidak akan bahagia dan tidak pula dicintai suaminya.

Padahal…

‘Aisyah berkata:

تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ ﷺ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟

“Rasulullah ﷺ menikahiku di bulan Syawwal, dan mencampuriku pula di bulan Syawwal. Maka, siapakah di antara istri-istri Rasulullah ﷺ yang nasibnya lebih beruntung dariku?” (HR. Muslim)

Ya, adakah wanita yang lebih beruntung daripada ‘Aisyah?

Adakah istri yang lebih dicintai Rasulullah daripada ‘Aisyah?

Bukankah ia menikah di bulan Syawwal?

Bukankah ia menikah di bulan yang dianggap sial?

Karena itu, merasa sial karena hewan tertentu, orang tertentu, tempat dan waktu tertentu adalah tathoyyur.

Nabi ﷺ bersabda:

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ

“Tidak ada penyakit menular, Thiyarah, Hamah, Shafar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan dalam riwayat Muslim terdapat tambahan:

 وَلَا نَوْء  ولاَ غُول

“dan tidak ada Nau’, serta Ghul.”

Tidak ada penyakit menular maksudnya tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya. Sebab, orang-orang di zaman jahiliah beranggapan bahwa penyakit itu menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah.

Tidak ada thiyarah artinya tidak ada tathoyyur. Maksudnya tidak boleh ada tathoyyur.

Tidak ada Hamah artinya tidak ada burung hantu. Maksudnya tidak boleh merasa sial karena burung hantu.

Tidak ada Shafar artinya tidak ada bulan Shafar. Maksudnya tidak boleh meyakini kesialan bulan Shafar.

Tidak ada Nau artinya tidak ada bintang. Maksudnya tidak boleh ada keyakinan bahwa turunnya hujan karena adanya bintang tertentu.

Tidak ada Ghul artinya tidak ada hantu. Maksudnya tidak boleh ada keyakinan bahwa hantu tertentu bisa menyebabkan seseorang sial di jalan. Ia akan tersesat bahkan celaka.

Maka, sekali lagi, merasa sial karena hewan tertentu, orang tertentu, tempat tertentu dan waktu tertentu, dan nomor tertentu adalah tathoyyur. Dan semua itu terlarang.

 

Mengapa Tathoyyur Terlarang?

  1. Tathoyyur adalah kebiasaan orang-orang kafir.

Allah menceritakan keadaan Fir’aun dan kaumnya:

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ

“Kemudian bila kemakmuran datang kepada mereka, mereka berkata, ‘Ini adalah karena (usaha) kami’. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya.

 أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raaf: 130-131)

Lihatlah, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya!

Itulah kebiasaan orang-orang kafir di zaman kebodohan.

Dan Allah menyebutkan ucapan orang-orang kafir kepada para rasul:

قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami bisa sial karena kalian. Sungguh, jika kalian tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kalian dan kalian pasti akan merasakan siksa yang pedih dari kami.” (QS. Yasin: 18)

Lihatlah, kami bisa sial karena kalian!

Itulah kebiasaan orang-orang kafir di zaman kebodohan.

 

  1. Tathoyyur itu syirik.

Sebab, orang yang melakukan tathoyyur telah meyakini sesuatu sebagai sebab kesialan, padahal Allah dan Rasul-Nya tidak menetapkan itu sebagai sebab kesialan. Seakan-akan ia menandingi Allah dalam menentukan mana yang menyebabkan sial atau tidak.

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ

Tathoyyur itu syirik, tathoyyur itu syirik, tathoyyur itu syirik.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kalau kita sampai menganggap orang tertentu, atau hewan tertentu, sebagai penyebab kegagalan usaha kita, maka hati-hatilah.

Kalau kita sampai meyakini benda tertentu, atau nomor tertentu yang sebagai penyebab kesialan, maka hati-hatilah.

Kalau kita merasa gagal dan sial karena sesuatu yang tidak masuk akal, maka hati-hatilah.

Sebab, kita sudah terserang penyakit ganas yaitu tathoyyur.

Lantas, bagaimana cara mengobatinya?

 

Cara Mengobati Tathoyyur

  1. Hendaknya kita selalu optimis dan berprasangka baik kepada Allah.

Nabi ﷺ bersabda:

لَا عَدْوَى، وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ

“Tidak ada penyakit menular dan tidak ada tathoyyur, tetapi fa’l membuatku kagum.”

Para sahabat bertanya:

 وَمَا الْفَأْلُ؟

“Apakah fa’l itu?”

Beliau menjawab:

الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ

“Kata kata yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kata-kata yang baik  seperti perkataan kita kepada orang yang sakit, “Engkau agak baikan sekarang.”

Atau kita berkata kepada orang yang sedang menjalankan suatu usaha, “Usahamu akan sukses, insya Allah. Usahamu akan lancar, insya Allah.”

Dan kata-kata lain yang menunjukkan optimisme. Harapan baik. Prasangka baik kepada Allah.

 

  1. Bertawakal kepada Allah.

Ibnu Mas’ud رضي الله عنه berkata:

وما منا إلا ولكن الله يذهبه بالتوكل

“Dan tidaklah seorang pun dari kita kecuali (merasakan tathoyyur). Namun, Allah menghilangkannya dengan tawakal kepada-Nya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

 

  1. Berdoa.

Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ، فَقَدْ أَشْرَكَ

“Siapa yang mengurungkan hajatnya karena tathoyyur, maka ia telah berbuat syirik.”

Para sahabat bertanya:

 يَا رَسُولَ اللهِ، مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ؟

“Wahai Rasulullah, apa yang bisa menebusnya?”

Rasulullah ﷺ menjawab:

 أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ:

“Hendaknya ia berdoa:

اللهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ، وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

“Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu, dan tidak ada kesialan kecuali kesialan dari-Mu, dan tidak ada yang berhak disembah kecuali diri-Mu.” (HR. Ahmad)

 

Siberut, 7 Shafar 1442

Abu Yahya Adiya