Cara Menjawab Tuduhan Dusta

Cara Menjawab Tuduhan Dusta

Suatu hari Saad bin Abi Waqqash melewati seorang Khawarij. Lalu berkatalah orang Khawarij itu:

هَذَا مِنْ أَئِمَّةِ الْكُفْرِ

“Orang ini (Saad) termasuk pemimpin kekafiran.”

Saad pun berkata kepadanya:

كَذَبْتَ، بَلْ أَنَا قَاتَلْتُ أَئِمَّةَ الْكُفْرِ

“Engkau dusta! Bahkan, aku memerangi para pemimpin kekafiran.” (Tafsir Al-Quran Al-Azhim)

Benarkah tuduhan orang Khawarij itu?

Tentu saja itu kedustaan yang sangat jelas. Sangat jelas dustanya!

Lantas, apa reaksi Sa’ad?

Apakah ia menghabiskan banyak perkataan, waktu, dan energinya untuk membantah tuduhannya?

Tidak. Sa’ad membantahnya cukup dengan mendustakannya.

Kita pun bisa menirunya.

Contohnya….

Kalau orang-orang Ateis menuduh umat Islam menyembah Kabah, maka jawab saja, “Siapa yang menyembah Kabah, maka ia kafir, bukan muslim!”

Kalau orang-orang Syiah menuduh Ahlussunnah tidak cinta kepada Ahlulbait, maka jawab saja, “Siapa yang tidak mencintai Ahlulbait, maka ia ahli bidah, bukan Ahlussunnah!”

Kalau orang-orang Murjiah menuduh Ahlussunnah suka mengafirkan sesama muslim, maka jawab saja, “Siapa yang suka mengafirkan sesama muslim, maka ia Khawarij, bukan Ahlussunnah!”

Kalau orang-orang Asy’ariyyah atau Maturidiyyah menuduh Ahlussunnah telah menyerupakan Allah dengan makhluk, maka jawab saja, “Siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk, maka ia kafir, bukan muslim, apalagi Ahlussunnah!”

Kalau orang-orang Sufi menuduh Ahlussunnah anti salawat, maka jawab saja, “Siapa yang membenci salawat, maka ia kafir, bukan muslim, apalagi Ahlussunnah!”

Kalau para pelaku bidah menuduh Ahlussunnah malas berdoa dan berzikir, maka jawab saja, “Siapa yang malas berzikir dan berdoa kepada Allah, maka ia orang yang sombong!”

Untuk menjawab tuduhan dusta, tidak perlu kita menghabiskan banyak perkataan, waktu dan energi kita.

Cukup kita dustakan saja tuduhan itu, maka selesailah urusan kita.

 

Siberut, 27 Rabi’ul Tsani 1444

Abu Yahya Adiya

 

Sumber: Al-Khuthuwaat Fii Radd wa Ibthal Asy-Syubuhaat karya Abu Zakariyya Bakri bin Muhammad Al-Yafii.