Harapan Bertemu di Surga

Harapan Bertemu di Surga

Muka mereka terlihat cerah berseri-seri. Kenikmatan yang tidak pernah mereka bayangkan ketika di dunia, kini sudah ada di depan mata.

Dalam keadaan bergembira seperti itu, tiba-tiba Allah bertanya kepada mereka:

تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟

“Apakah kalian menginginkan sesuatu yang perlu Kutambahkan?”

Mereka pun menjawab:

أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟

“Bukankah Engkau telah mencerahkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?”

Nabi ﷺ bersabda:

فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ

“Kemudian Allah menyingkap tabir dari diri-Nya. Maka, tidak ada suatu kenikmatan yang diberikan kepada penduduk surga yang lebih mereka sukai daripada memandang Tuhan mereka.” (HR. Muslim)

Siapa yang tidak mau mendapatkan kenikmatan seperti ini?

Allah Ta’ala berfirman:

{فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا}

“Siapa yang mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Siapa yang ingin masuk surga sehingga bisa melihat Tuhannya….

Siapa yang mau masuk surga sehingga dapat bertemu dengan Tuhannya….

Hendaknya ia memenuhi syaratnya.

Apa itu syaratnya?

Allah sebutkan ada 2:

Syarat pertama: melakukan amal saleh.

Dan suatu amal tidak akan dianggap saleh, kecuali jika:

  1. Ikhlas yaitu semata-mata mengharapkan pahala dari Allah atau takut siksa Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Aku adalah Zat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Siapa yang mengerjakan suatu amalan yang di dalamnya ia menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan ia dan amal syiriknya itu.” (HR. Muslim)

Imam An-Nawawi berkata:

وَالْمُرَاد أَنَّ عَمَل الْمُرَائِي بَاطِل لَا ثَوَاب فِيهِ ، وَيَأْثَم بِهِ

“Maksud hadis ini yaitu bahwa amalan orang yang berbuat ria adalah sia-sia, tidak ada pahala baginya, dan ia teranggap berbuat dosa karenanya.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj)

  1. Ittiba’ yaitu sesuai dengan petunjuk Nabi ﷺ.

Nabi ﷺ bersabda:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak.” (HR. Muslim)

Karena itu, sehebat apa pun amalan seseorang, kalau tidak ikhlas, maka amalannya tidak dianggap saleh. Tidak dianggap baik.

Begitu pula sebanyak apa pun amalan seseorang, walaupun amalannya setinggi langit, kalau memang amalannya itu tidak sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ, maka amalannya tidak dianggap saleh. Tidak dianggap baik.

Kalau suatu amal tidak dianggap baik artinya amal tersebut tertolak dan sia-sia. Tenaga dan waktu sudah dicurahkan, tapi sayangnya tidak ada satu pahala pun yang didapatkan!

Maka, tidak ada amalan yang baik dan diterima oleh Allah kecuali kalau ikhlas kepada-Nya dan sesuai dengan tuntunan nabi-Nya.

Lalu syarat berikutnya agar bisa masuk surga sehingga bisa melihat Allah:

Syarat kedua: tidak melakukan syirik.

Tidak menyekutukan Allah dengan siapa pun. Sehebat apa pun ia. Dan semulia apa pun ia. Baik itu seorang nabi, malaikat, orang yang taat, apalagi orang yang jahat!

Allah berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya siapa yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan atasnya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. ” (QS. Al-Maidah: 72)

“Siapa yang mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

 

Harapan yang Tak akan Mengecewakan

“Siapa yang mengharap pertemuan dengan Tuhannya….”

Mengharap di sini adalah harapan yang disertai ketundukan dan menghinakan diri. Dan itu hanya boleh diberikan kepada Allah.

Karena itu, siapa yang mengharap sesuatu kepada selain Allah dengan disertai ketundukan dan menghinakan diri kepadanya, maka ia telah berbuat syirik. Menyekutukan Allah.

Berharap kepada manusia, semulia apa pun ia, itu akan mengecewakanmu. Sebab, bagaimanapun kedudukannya, tetap saja ia makhluk! Ya, makhluk yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan!

Sedangkan berharap kepada Tuhannya seluruh makhluk, itu tidak akan mengecewakanmu. Sebab, Dialah Yang Maha Kuasa lagi Perkasa. Tidak ada satu pun makhluk yang bisa menghalangi apa yang Dia kehendaki!

Karena itu….

Sebesar apa pun kebutuhan yang engkau harapkan, berharaplah kepada-Nya. Berharaplah hanya kepada-Nya.

Seberat apa pun hajat yang engkau inginkan, berharaplah kepada-Nya. Berharaplah hanya kepada-Nya.

Sebab, Allah tidak akan menyia-nyiakan harapanmu kepada-Nya.

Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقُولُ:

“Sesungguhnya Allah berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي

“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku.” (HR. Muslim)

Begitu juga sebesar apa pun dosamu, jangan sampai putus harapanmu. Teruslah berharap ampunan-Nya. Teruslah berharap kasih sayang-Nya.

Sebab, Allah Ta’ala berfirman:

{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}

“Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas dalam mencelakakan diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”  (QS. Az-Zumar: 53)

Jangan putus harapanmu. Teruslah berharap ampunan-Nya. Teruslah berharap kasih sayang-Nya. Hingga ajal menjemputmu. Sampai engkau menjumpai Tuhanmu.

Suatu hari Nabi ﷺ menjenguk seorang anak muda yang sedang sekarat. Beliau ﷺ bertanya:

«كَيْفَ تَجِدُكَ؟»

“Bagaimana engkau mendapati dirimu?”

Ia menjawab:

أَرْجُو اللَّهَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَخَافُ ذُنُوبِي

“Aku mengharapkan Allah, wahai Rasulullah! Dan aku takut akan dosa-dosaku.”

Nabi ﷺ pun bersabda:

لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو، وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ

“Tidaklah berkumpul dua perkara tadi dalam hati seorang hamba di saat-saat seperti ini, melainkan Allah akan memberikan kepadanya apa yang ia harapkan, dan memberikan kepadanya rasa aman dari apa yang ia khawatirkan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

 

Siberut, 28 Syawwal 1441

Abu Yahya Adiya