Memenjarakan Jahmiyyah

Memenjarakan Jahmiyyah

Seorang penganut Jahmiyyah harus mendekam di penjara. Ia dipenjara berdasarkan keputusan dari Imam Hisyam bin ‘Ubaidillah Ar-Razi.

Dan siapakah Imam Hisyam bin ‘Ubaidillah Ar-Razi?

Imam Adz-Dzahabi berkata:

هِشَامُ بنُ عُبَيْدِ اللهِ الرَّازِيّ السُّنِّيُّ الفَقِيْهُ، أَحَدُ أَئِمَّةِ السُّنَّةِ…. وَكَانَ مِنْ بُحُوْرِ العِلْمِ.

“Hisyam bin ‘Ubaidillah Ar-Razi, seorang Ahlussunnah, fakih, dan salah satu ulama sunnah….dan ia termasuk lautan ilmu.” (Siyar A’lam An-Nubala)

Imam Adz-Dzahabi juga berkata:

كَانَ هِشَام بن عبيد الله من أَئِمَّة الْفِقْه على مَذْهَب أبي حنيفَة تفقه على مُحَمَّد بن الْحسن كَانَ ذَا جلالة عَجِيبَة وَحُرْمَة عَظِيمَة بِبَلَدِهِ توفّي سنة إِحْدَى وَعشْرين وَمِائَتَيْنِ

“Hisyam bin ‘Ubaidillah termasuk imam ahli fikih berdasarkan mazhab Abu Hanifah. Ia belajar fikih kepada Muhammad bin Al-Hasan. Ia memiliki kemuliaan yang menakjubkan dan kehormatan yang agung di kotanya. Ia wafat pada tahun 221 H.” (Al-‘Uluw Li Al- ‘Aliyy Al-Ghaffar)

Ya, wafat pada tahun 221 H. Puluhan tahun sebelum Imam Abul Hasan Al-Asy’ari lahir!

Suatu hari, penganut Jahmiyyah tadi dikeluarkan dari penjara dan dihadapkan kepada Imam Hisyam. Beliau bertanya kepadanya:

أَتَشهد أَن الله على عَرْشه بَائِن من خلقه

“Apakah engkau bersaksi bahwa Allah di atas Arsy-Nya terpisah dari ciptaan-Nya?”

Orang itu menjawab:

لَا أَدْرِي مَا بَائِن من خلقه

“Aku tidak tahu, apa yang terpisah dari ciptaan-Nya?”

Imam Hisyam pun berkata:

ردُّوهُ فَإِنَّهُ لم يتب بعد

“Kembalikan ia ke penjara! Sesungguhnya ia belum bertobat.” (Al-‘Uluw Li Al-‘Aliyy Al-Ghaffar)

Itulah sikap ulama sunnah terhadap orang mengingkari ketinggian Allah di atas Arsy-Nya. Sangat tegas dan tandas.

Mengapa beliau bersikap demikian tegas?

Karena, mengingkari ketinggian Allah di atas Arsy sama saja dengan mengingkari Al-Quran, As-Sunnah, dan ijmak!

Imam Ishaq bin Rahawaih (wafat tahun 238 H) berkata:

إِجْمَاعُ أَهْلِ العِلْمِ أَنَّهُ -تَعَالَى- عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى، وَيَعْلَمُ كُلَّ شَيْءٍ فِي أَسْفَلِ الأَرْضِ السَّابِعَةِ.

“Kesepakatan para ulama yaitu bahwa Allah tinggi di atas Arsy dan Dia mengetahui segala sesuatu di lapisan bumi paling bawah yakni yang ketujuh.” (Siyar A’lam An-Nubala)

Bukan cuma itu saja. Mengingkari ketinggian Allah di atas Arsy juga sama saja dengan mengingkari akal sehat dan fitrah manusia!

Imam Ad-Darimi (wafat tahun 280 H) berkata:

وَقَدِ اتَّفَقَتِ الْكَلِمَةُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَالْكَافِرِينَ أَنَّ اللَّهَ فِي السَّمَاءِ

“Telah sepakat perkataan kaum muslimin dan kafirin bahwa Allah di atas langit.” (Naqdhu Al-Imam Abi Sa’id ‘Utsman bin Sa’id ‘Ala Mirisi Al-Jahmi Al-‘Anid)

 

Siberut, 13 Rabi’ul Awwal 1444

Abu Yahya Adiya