Apa Pokok Pemikiran Syiah? (Bag. 2)

Apa Pokok Pemikiran Syiah? (Bag. 2)

 

  1. Mewajibkan taqiyyah sampai munculnya Imam Al-Mahdi.

Taqiyyah yaitu menyembunyikan keyakinan karena khawatir bahaya dari musuh.

Allah telah mensyariatkan taqiyyah dalam keadaan darurat.

Allah berfirman:

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً

Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang beriman. Siapa yang berbuat demikian, niscaya ia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kalian takuti dari mereka. (QS. Ali-‘Imran: 28)

Imam Ath-Thabari menjelaskan maksud dari kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kalian takuti dari mereka:

إلا أن تكونوا في سلطانهم فتخافوهم على أنفسكم، فتظهروا لهم الولاية بألسنتكم، وتضمروا لهم العداوة

“Kecuali jika kalian berada dalam kekuasaan mereka lalu kalian mengkhawatirkan diri kalian dari mereka sehingga kalian menampakkan kepada mereka loyalitas dengan lisan kalian, tetapi menyembunyikan permusuhan kepada mereka.” (Jami’ Bayan Fii Tawiil Al-Quran)

Itulah yang dimaksud dengan taqiyyah dan itu diperbolehkan ketika darurat.

Syekh Nashir bin ‘Abdillah Al-Qaffari berkata:

وأجمع أهل العلم على أن التقية رخصة في حال الضرورة، قال ابن المنذر:

“Para ulama telah sepakat bahwa taqiyyah adalah keringanan ketika darurat. Ibnul Mundzir berkata:

أجمعوا على أن من أكره على الكفر حتى خشي على نفسه القتل فكفر وقلبه مطمئن بالإيمان أنه لا يحكم عليه بالكفر

“Mereka telah sepakat bahwa siapa yang dipaksa melakukan kekafiran hingga ia mengkhawatirkan dirinya dibunuh, lalu ia melakukan kekafiran sedangkan hatinya tenang dengan keimanan, maka ia tidak divonis kafir.” (Ushul Madzhab Asy-Syi’ah Al-Imamiyyah Al-Itsna ‘Asyariyyah)

Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah, taqiyyah itu diperbolehkan dalam keadaan darurat. Sedangkan menurut Syi’ah Imamiyyah, taqiyyah itu wajib.

Tokoh Syi’ah Imamiyyah, Ibnu Babawaih berkata:

اعتقادنا في التقية أنها واجبة، من تركها بمنزلة من ترك الصلاة

Keyakinan kami tentang taqiyyah bahwa itu adalah wajib. Siapa yang meninggalkannya, maka seperti orang yang meninggalkan salat. (Al-I’tiqaadaat)

Taqiyyah bagi mereka adalah kewajiban. Bahkan. kewajiban itu berlaku terus-menerus sampai munculnya Imam Al-Mahdi menurut mereka.

Syekh Nashir bin ‘Abdillah Al-Qaffari berkata:

والتقية عندهم حالة مستمرة، وسلوك جماعي دائم، قال ابن بابويه في كتابه “الاعتقادات” المسمى دين الإمامية:

Taqiyyah menurut mereka berlangsung terus-menerus dan merupakan perilaku sosial yang berkesinambungan. Ibnu Babawaih berkata dalam kitabnya Al-I‘tiqadaat yang bernama agama Al-Imamiyyah:

والتقية واجبة لا يجوز رفعها إلى أن يخرج القائم، فمن تركها قبل خروجه فقد خرج عن دين الله – تعالى – وعن دين الإمامية

Taqiyyah itu wajib tidak boleh dihapus sampai keluarnya Al-Qaim (Al-Mahdi). Siapa yang meninggalkan taqiyyah sebelum beliau keluar, maka sungguh, ia telah keluar dari agama Allah dan dari agama Imamiyyah.” (Ushul Madzhab Asy-Syi’ah Al-Imamiyyah Al-Itsna ‘Asyariyyah)

Dan perilaku mereka itu tentu saja sangat buruk.

Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

يُظْهِرُونَ مُوَافَقَةَ الْمُسْلِمِينَ وَيُبْطِنُونَ خِلَافَ ذَلِكَ وَهُمْ شَرٌّ مِنْ الْمُنَافِقِينَ

“Mereka menampakkan diri sama dengan kaum muslimin, tetapi menyembunyikan apa yang bertentangan dengan itu. Dan mereka lebih buruk daripada orang-orang munafik.” (Majmu’ Al-Fatawa)

Kenapa mereka lebih buruk daripada orang-orang munafik?

Orang-orang munafik menyembunyikan kebatilan dalam keadaan mereka tahu bahwa itu batil. Sedangkan orang-orang Syi’ah menyembunyikan kebatilan dalam keadaan mereka merasa bahwa itu benar.

 

  1. Imam Al-Mahdi hidup dan tidak mati hingga waktu munculnya.

Mereka meyakini bahwa Imam Al-Mahdi hidup dan bersembunyi di ruang bawah tanah hingga tiba waktu kemunculannya.

Imam Ibnu Hazm berkata:

وَقَالَت القطيعية من الإمامية الرافضة كلهم وهم جُمْهُور الشِّيعَة وَمِنْهُم المتكلمون والنظارون وَالْعدَد الْعَظِيم بِأَن مُحَمَّد بن الْحسن بن عَليّ بن مُحَمَّد بن عَليّ ابْن مُوسَى بن جَعْفَر بن عَليّ بن الْحُسَيْن بن عَليّ بن أبي طَالب حَيّ لم يمت وَلَا يَمُوت حَتَّى يخرج فيملأ الأرض عدلا كَمَا ملئت جوراً وَهُوَ عِنْدهم الْمهْدي المنتظر

“Semua Al-Qathi’iyyah dari kalangan Syi’ah Imamiyyah Rafidhah dan mereka adalah mayoritas Syi’ah dan di antara mereka para mutakalim dan para nazhar serta banyak orang dari mereka meyakini bahwa Muhammad bin Al-Hasan bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali bin Musa bin Ja’far bin ‘Ali bin Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib masih hidup, belum mati dan tidak mati sampai ia keluar lalu memenuhi bumi dengan keadilan, sebagaimana bumi telah penuh dengan kezaliman. Dan sosok ini menurut mereka adalah Al-Mahdi yang ditunggu.” (Al-Fashal Fii Al-Milal wa Al-Ahwa wa An-Nihal)

Tentu saja keyakinan mereka hanyalah khurafat yang bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah dan akal sehat.

Selain itu, Imam Al-Mahdi menurut mereka berbeda dengan Imam Al-Mahdi menurut Ahlussunnah wal Jama’ah.

Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa nama Imam Al-Mahdi adalah Muhammad bin ‘Abdillah. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadis Nabi ﷺ.

Nabi ﷺ bersabda:

لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي، وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمُ أَبِي يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا، وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا

Kalau umur dunia hanya tinggal satu hari lagi, maka Allah akan memanjangkan hari itu, hingga Dia mengutus seorang lelaki dari ahli baitku, namanya sama dengan namaku, nama ayahnya juga sama dengan nama ayahku. Ia akan memenuhi muka bumi dengan keadilan, sebagaimana saat itu kezaliman dan aniaya telah memenuhi dunia.” (HR. Abu Daud)

 

  1. Raj‘ah

Apa itu raj‘ah?

Disebutkan dalam Islamqa:

ومعناها: أنه بعد ظهور المهدي المنتظر يرجع النبي صلى الله عليه وسلم إلى الدنيا، ويرجع عليّ، والحسن، والحسين، بل وكل الأئمة، كما يرجع خصومهم، كأبي بكر وعمر، فيُقتص لهؤلاء الأئمة من خصومهم، ثم يموتون جميعاً، ثم يحيون يوم القيامة.

“Makna raj‘ah yaitu setelah munculnya Al-Mahdi yang dinanti, kembalilah Nabi ﷺ ke dunia, dan kembalilah ‘Ali, Al-Hasan, Al-Husain, bahkan semua imam, sebagaimana kembali juga musuh-musuh mereka, seperti Abu Bakar dan ‘Umar. Lalu dilaksanakanlah untuk imam-imam itu kisas terhadap musuh-musuh mereka. Kemudian mereka semua mati. Lalu mereka dihidupkan lagi di hari kiamat.”

 

  1. Keyakinan bada terhadap Allah.

Disebutkan dalam kitab induk Syi’ah:

ما عبد الله بشيء مثل البداء

“Allah tidak disembah dengan sesuatu yang semacam bada.” (Ushul Al-Kafi)

Apa itu bada?

Al-Jurjani berkata:

البداء: ظهور الرأي بعد أن لم يكن.

Bada yaitu munculnya pemikiran setelah sebelumnya tidak ada.” (At-Tarifaat)

Artinya, mereka menganggap Allah memberikan keputusan setelah tampak sesuatu yang sebelumnya tersembunyi.

Tentu saja pendapat mereka sangat batil. Sebab, pendapat mereka berkonsekuensi bahwa Allah tidak mengetahui segala sesuatu. Dan itu sudah pasti bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah dan akal sehat.

Syekh Nashir bin ‘Abdillah Al-Qaffari berkata:

ونسبته إلى الله سبحانه من أعظم الكفر، فكيف تجعل الشيعة الاثنا عشرية هذا من أعظم العبادات، وتدعي أنه ما عظم الله عز وجل بمثل البداء؟! سبحانك هذا بهتان عظيم.

“Menyandarkan bada kepada Allah termasuk kekafiran yang besar. Bagaimana bisa Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyyah menjadikan itu sebagai ibadah yang agung dan mengklaim bahwa Allah tidak diagungkan dengan sesuatu yang semacam bada?! Maha Suci Engkau, ini adalah kedustaan yang besar!” (Ushul Madzhab Asy-Syi’ah Al-Imamiyyah Al-Itsna ‘Asyariyyah)

 

Siberut, 3 Jumada Al-Ulaa 1443

Abu Yahya Adiya

 

Sumber:

  1. Ushul Madzhab Asy-Syi‘ah Al-Imamiyyah Al-Itsna ‘Asyariyyah karya Dr. Nashir bin ‘Abdillah Al-Qaffari.
  2. Al-Farq Baina Al-Firaq karya Abdul Qahir Al-Baghdadi.
  3. Al-Fashl Fii Al-Milal wa Al-Ahwa wa An-Nihal karya Imam Ibnu Hazm.
  4. https://islamqa.info/ar/answers/84269/%D9%87%D9%84-%D8%A7%D9%84%D9%85%D9%87%D8%AF%D9%8A-%D9%85%D9%88%D8%AC%D9%88%D8%AF-%D8%A7%D9%84%D8%A7%D9%86
  5. dan lain-lain