Apakah kita bisa menentukan nama-nama Allah dengan pikiran kita?
Apakah kita bisa mengetahui ciri-ciri malaikat dengan perkiraan kita?
Apakah kita bisa mengenal keadaan surga dan neraka dengan perasaan kita?
Imam An-Nawawi berkata:
فَأَمَّا الضَّعِيفُ فَلَا يَجُوزُ الِاحْتِجَاجُ بِهِ فِي الْأَحْكَامِ وَالْعَقَائِدِ
“Adapun hadis lemah, maka itu tidak boleh dijadikan dalil dalam masalah hukum maupun akidah.” (Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab)
Kalau hadis lemah saja tidak bisa dijadikan dalil dalam masalah akidah, maka apalagi hadis palsu! Apalagi pemikiran kita! Apalagi perkiraan dan perasaan kita! Apalagi mimpi kita!
Karena itu, dasar akidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah kitab Tuhan mereka dan sunnah nabi mereka yang sahih.
Sedangkan dasar akidah kelompok-kelompok sesat adalah:
- Akal, logika, dan pemikiran tokoh-tokoh mereka. Dan ini terjadi para sekte ahli filsafat dan ahli kalam.
- Al-Quran saja. Dan ini terjadi pada kelompok ingkarus sunnah.
- Hadis-hadis lemah dan palsu. Dan ini terjadi pada kebanyakan ahli bidah dari berbagai sekte.
- Khurafat, mimpi dan perasaan tokoh-tokoh mereka. Dan ini terjadi pada sebagian sekte Sufi.
Abu Qilabah pernah berkata:
إِذَا حَدَّثْتَ الرَّجُلَ بِالسُّنَّةِ، فَقَالَ: دَعْنَا مِنْ هَذَا وَهَاتِ كِتَابَ اللهِ، فَاعْلَمْ أَنَّهُ ضَالٌّ
“Kalau engkau menyampaikan sunnah kepada seseorang lalu ia berkata, ‘Jauhkan kita dari itu, berikan saja kitab Allah’, maka ketahuilah ia orang yang sesat!” (Siyar A’lam An-Nubala)
Imam Adz-Dzahabi berkata:
قُلْتُ أَنَا: وَإِذَا رَأَيْتَ المُتَكَلِّمَ المُبْتَدِعَ يَقُوْلُ: دَعْنَا مِنَ الكِتَابِ وَالأَحَادِيْثِ الآحَادِ وَهَاتِ العَقْلَ، فَاعْلَمْ أَنَّهُ أَبُو جَهْلٍ
“Aku katakan, ‘Dan bila engkau melihat orang ahli kalam dan ahli bidah berkata, ‘Jauhkanlah kita dari Al-Quran dan hadis ahad. Tunjukkan saja dalil akal!’, maka ketahuilah, ia adalah Abu Jahl!
وَإِذَا رَأَيْتَ السَّالِكَ التَّوْحِيْدِيَّ يَقُوْلُ: دَعْنَا مِنَ النَّقْلِ وَمِنَ العَقْلِ وَهَاتِ الذَّوْقَ وَالوَجْدَ، فَاعْلَمْ أَنَّهُ إِبْلِيْسُ قَدْ ظَهَرَ بِصُوْرَةِ بَشَرٍ أَوْ قَدْ حَلَّ فِيْهِ
Dan bila engkau melihat seorang pengikut suluk Tauhidi berkata, ‘Jauhkan kita dari dalil-dalil naqli dan dalil-dalil akal. Tunjukkan saja dalil perasaan!’, maka ketahuilah, ia adalah iblis yang telah menampakkan dirinya dalam rupa manusia atau telah menyatu ke dalam dirinya.
فَإِنْ جَبُنْتَ مِنْهُ، فَاهْرُبْ، وَإِلاَّ فَاصْرَعْهُ، وَابْرُكْ عَلَى صَدْرِهِ، وَاقْرَأْ عَلَيْهِ آيَةَ الكُرْسِيِّ، وَاخْنُقْهُ.
Kalau engkau takut, maka menjauhlah darinya. Kalau tidak, maka doronglah ia, dan dudukilah dadanya dan bacakanlah untuknya ayat Kursi, lalu cekiklah ia!” (Siyar A’lam An-Nubala)
Siberut, 23 Rabi’ul Tsani 1442
Abu Yahya Adiya






